Rabu, 02 Oktober 2013

Drama Daun Singkong dan Daun Pepaya

     Hari ini kuliah selesai jam 11.30, seperti biasa kalo pulang kuliah jam segitu pasti mampir warung dulu. "Sal aku ikut kamu ya pulangnya soalnya aku gak bawa motor" kataku ke Faisal, karena si Faisal ini satu kos sama aku soalnya tadi pagi aku ke kampus gak bawa motor. Pas udah mau sampe kos aku minta diturunin di warung tegal prasmanan deket kos. "Sal kamu gak ikut makan?", "Aku udah makan tadi ruq, kamu aja ya", begitu percakapan kita berdua. 
     Turunlah aku sendiri masuk ke warteg, ambil piring, ambil nasi yang banyak  (anak kos harus sedikit licik). Ini yang paling aku suka makan di warteg, nasinya ambil sendiri suka suka kita. Kemudian masuk ke bagian yang agak membingungkan, bagian milih sayurnya. Kalo kita makan di warteg banyak variasi sayurnya. Ada gudeg, sayur bening, sayur singkong, dan bla bla... .Setelah beberapa detik yang menegangkan dan berkeringat dingin akhirnya kuputuskan untuk mengambil sayur singkong (agak berlebihan ya milih sayur sampe keringat dingin). Ini sayur Superb banget dah. Bentuknya  dicacah kecil-kecil terus berkuah dan diletakkan di sebuah baskom dari stainless. Untuk lauknya aku cuma ambil tempe goreng tepung dua buah. "Bu es teh satu ya bu" aku pesan minuman sama ibunya yang punya warteg. 
     Akhirnya dengan membaca "bismillah" aku menyeruput sedikit es teh yang manis buatan ibu wartegnya "sruuup...ahhh.." begitulah kira-kira bunyinya, nikmat banget pokoknya. Kemudian aku mulai menyendok makananku untuk bersiap pada suapan pertama, aku ambil sedikit daun singkongnya dan kuletakkan di suapan pertamaku dan...."lep..." masuklah satu suapan kombinasi antara daun singkong, kuah dan nasi. Aku kaget waktu rasanya pahit. OH SHIT MAN,,,ternyata itu bukan daun singkong, tapi daun pepaya!!!!. Aku memang gak suka daun pepaya karena rasanya yang pahit. Ekspektasiku yang besar terhadap sayur ini sebelumnya (yang kukira sayur daun singkong), seketika langsung hancur. Aku terdiam sejenak dengan nasi masih di dalam mulutku. Mencoba berfikir jernih dan bilang ke diri sendiri "tenang, tenang". Dalam situasi seperti ini aku berfikir dalam hati "apa yang harus kulakukan?", ada 2 opsi, yang pertama gak jadi makan terus langsung bayar. Yang kedua makanan ini harus dihabiskan karena mubazir. Akhirnya aku ambil keputusan buat memakannya. Oke nasi segunung dengan sayur kuah daun pepaya yang pahit ini harus habis. Sesuap demi sesuap aku perjuangkan di dalam mulutku, untuk kukunyah dan kutelan. Rasanya yang pahit perlahan membunuh nafsu makanku, aku mencoba mengakalinya dengan sekali suapan kemudian minum es teh, aku coba makan dengan tempe goreng tepung supaya rasa pahitnya sedikit netral. Pada akhirnya seporsi gunung nasi + sayur daun pepaya yang menyamar jadi sayur daun singkong pun aku telan walau dengan wajah penuh keringat dan lidah yang pahit. Makan siang hari ini benar-benar butuh perjuangan. 
    Mungkin ini salah satu pengalaman pahitnya hidup, ya pengalaman pahit makan di warteg pake sayur daun pepaya yang pahit.